Kamis, 24 Januari 2013

Keinginan orang-orang untuk mengubah anak-anak introvert untuk menjadi lebih extravert muncul dari kesalahpahaman bahwa introversion adalah kekurangan yang harus diatasi dan disembuhkan. Kenyataannya, introversion dan extraversion adalah kecenderungan pribadi yang juga dipengaruhi faktor genetis dan berada di luar kontrol manusia. Perbedaan kecenderungan ini pun sudah terlihat dari perbedaan aktivitas pada sistem syaraf antara orang-orang extravert dan introvert.

Menurut Marti Olsen Laney, Psy.D -seorang peneliti neuroscience dan psikoanalis asal Amerika Serikat yang juga merupakan pelopor dalam memberikan landasan biologis untuk introversion- introversion merupakan kondisi biologis. Ia mengemukakan pendapatnya berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa cara kerja otak dan jalur syaraf yang digunkan oleh orang-orang introvert berbeda dengan orang-orang extravert.

Bila orang-orang extravert lebih banyak menggunakan ingatan jangka pendek dan bagian otak yang berhubungan dengan rangsangan indrawi, orang-orang introvert lebih banyak menggunakan ingatan jangka panjang dan bagian-bagian otak yang berhubungan dengan penyelesaian masalah, perencanaan, serta perasaan dan pikiran. Keduanya membutuhkan neurotransmiter yang berbeda pula. Orang-orang extravert bergantung pada dopamin, yang identik dengan kesiagaan, perhatian, gerakan, dan pembelajaran. Orang-orang extravert membutuhkan banyak dopamin untuk merasa senang; bersikap aktif dan menerima rangsangan meningkatkan produksi dopamin, sehingga orang-orang extravert menyukai kesibukan.

Di lain sisi, orang-orang introvert bergantung pada asetilkolin, yang mempengaruhi ingatan jangka panjang dan kemampuan untuk merasa tenang serta siaga. Asetilkolin menimbulkan perasaan senang saat seseorang berpikir dan merasa, yang membuat orang-orang introvert menyukai berpikir dan merenung. Ia juga mengungkapkan bahwa perbedaan biologis ini berpengaruh terhadap kecenderungan orang-orang introvert untuk lebih sensitif terhadap berbagai jenis stimulus, seperti suhu udara, bau, suara, stimulasi visual dan tingkat gula dalam darah.

Bukti-bukti ilmiah ini menunjukkan bahwa introversion tidak seharusnya dipandang sebagai sebuah kekurangan dan penyakit yang perlu disembuhkan, namun sebagai perbedaan yang sewajarnya diterima.

Anak-anak introvert membutuhkan perhatian yang lebih dan khusus dibandingkan dengan anak-anak yang extravert. Hal ini tidak mengejutkan mengingat selama ini masyarakat cenderung didominasi oleh orang-orang dan budaya yang memihak pada extraversion, sehingga kebanyakan orang berpikir bahwa semua orang memiliki kecenderungan yang sama dan seharusnya menunjukkan perilaku yang sama juga. Akibatnya, orang-orang introvert yang menjadi minoritas kerap disalahpahami sebagai orang-orang yang mengidap kelainan, karena berbeda dengan kebanyakan orang lainnya.

Padahal, introversion dan extraversion adalah dua hal yang berbeda dan tidak dapat dibandingkan. Mengatakan extraversion lebih baik daripada introversion sama saja dengan mengatakan bahwa laki-laki lebih baik daripada perempuan; keduanya merupakan hal yang berbeda dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda pula.

Bila diskriminasi jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan telah berhasil kita hapuskan, maka kini saatnya menghapus diskriminasi antara anak-anak introvert dan extravert, setidaknya dalam lingkup kecil dahulu, mulai dari anak-anak di sekitar kita. Hingga suatu saat nanti institusi-institusi pendidikan pun dapat mengembangkan metode pendidikan yang tidak menyeragamkan pembelajaran bagi semua anak dengan tolak ukur dan penilaian yang sama, namun juga mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual dan menggali serta mengembangkan minat, bakat, dan kelebihan yang dimiliki tiap-tiap anak dengan cara yang sejalan dengan karakteristik dan kepribadian mereka.
sumber dari sini

0 komentar:

Tentang KAP

Selamat datang di keluarga kecil Komunitas Anak Pendiam!

Komunitas Anak Pendiam atau sering disingkat dengan KAP. Merupakan sebuah komunitas yang diisi oleh anak-anak pendiam dari seluruh penjuru Indonesia. Kami berharap komunitas ini bisa menjadi tempat bertukar cerita, bertukar pikiran, dan pengalaman dalam menjalani hidup sebagai pendiam.

Paling Banyak Dibaca