Siang panas begini enaknya ngapain ya? Makan nasi uduk. abaikan.
Siang ini saya ingin berbagi puisi karya saya sendiri, tak apa biar narsis. Sebuah puisi yang ku persembahkan kepada dua kepala yang tak pernah hilang dari benak saya, dua manusia yang selalu membayangi kemanapun kalian dan dimanapun saya berdiri. Jo In Suk dan Nn. Kim. Terimalah. Tertawalah.
Kunamakan dia angin..
Karena memang persis angin yang
datang dan pergi tanpa pemberitahuan..
Tahu-tahu muncul dan menuntut
penyambutan..
Si bodoh ini dengan sukarela dan
senang hati merentangkan tangan menyambut kedatang angin yang cuma sekelebat
dalam seabad..
Ya. Karena memang begitulah angin..
Jauh ribuan tahun lalu berjanji untuk
bertemu kembali..
Namun angin datang dengan wujud lain..
Sedangkan si bodoh tetap saja bodoh..
Manusia kerdil yang tak layak
disembah..
Ya. Begitulah si bodoh..
Rentang jarak dan waktu yang tak
mudah tertebus..
Menyebut Sang Alam dan tak harus di
hakimi demi satu kekalahan..
Bukankah kejam?
Bukankah kejam membiarkan si bodoh
tertatih-tatih sementara angin bebas berhembus ke empat penjuru?
Bukankah kejam menyaksikan si bodoh
menderita menunggu janji yang tak sanggup dia tagih demi menggenapi?
Bukankah kejam membiarkan otak si
penulis di penuhi prasangka yang tak berduga tentang satu hubungan berkarat
antara si bodoh dan angin..
Lantas..
Sampai dimanakah angin berhembus?
Menancapkan sembilu pada si bodoh
bisu..
By: Faranggi
2 komentar:
wah puitis banget yah puisinya :)
saya suka puisinya
Posting Komentar