So chek this out!!!
The Story Love
oleh: Diky Syahreza
Entah kenapa
perasaan ini tiba – tiba saja muncul dihatiku namanya selalu terngiang
dipikiranku dan wajahnya selalu hadir dalam setiap mimpiku, aku tak mengerti
apa ini? Namun aku selalu merasa bahagia bila didekatnya, mungkinkah ini apa
yang orang bilang bahwa ini adalah cinta? Cinta? Dulu aku tidak percaya dengan
cinta yang katanya bisa membuat orang lupa akan segalanya hanya demi cinta,
tapi apa yang mereka katakana berbeda dengan apa yang kukatakan J.
Cinta?Ya
cinta? Bagiku cinta itu hanya sebuah ilusi dimana semua pasangan akan memainkan
sebuah drama yang telah diskenariokan oleh cinta, dan skenario itu akan terasa
nyata..saaaangat nyata dan kita harus selalu siap menghadapi bencana yang
terjadi yaitu putus cinta, diselingkuhi, dan sebangsanya. Namun jangan salahkan
cinta karna cinta hanya sutradara, yang salah itu tokoh yang memainkan drama
cinta itu.
“Why do you love him?”
Mungkin
pertanyaan itu kembali berarak dalam dalam pikiranku, menerobos pori – pori memori
kepala. Saat temanku menanyakan hal itu padaku.Aku hanya tertawa memberikan
jawaban yang jelas atas pertanyaannya.
“Kamu di
Semarang dia di Jakarta.Kenapa gk nyari cowok orang Semarang juga?” tanyanya
lagi nada dengan bergurau.Lagi, aku hanya bisa tertawa.Sebenarnya aku memiliki
jawaban atas pertanyaan itu.Jawaban yang sudah mendarah daging di setiap lapis
tubuhku.Tapi, mungkinkah mereka bisa mengerti dengan jawaban yang
kuutarakan.Tidak menganggap statement-ku itu berlebihan?Aku rasa belum tentu.
Masalahnya, jawaban itu akan tampak tidak masuk akal bagi mereka. Aku yakin….
nyaris seratus persen semua akan menganggap jawabanku omong kosong belaka.
“Dimakan
nasinya,” suara seorang lelaki mengagetkanku, membuat lalu-lalang di kepalaku
barusan buyar seketika.
Aku menoleh
kearah kiri dan tersenyum kepada lelaki itu.Dia mengenakan skieny jeans abu-abu
dan sweater abu-abu, sedang duduk disebelaku, dan tampak menikmati makanan yang
sedang dilahapnya dengan penuh semangat seperti semangat para pejuang yang
ingin memerdekakan Negara ini hehe.
“Iyah”
jawabku sambil memakan nasiku
So… here I am
now. Duduk di samping pacarku, setelah sekian lama tak bertemu.Mungkin banyak
orang menganggap makan malam bersama pasangan adalah satu hal yang wajar, tidak
terlalu istimewa, biasa-biasa saja.Tapi, tidak bagiku. Setiap moment yang
mungkin hanyalah hal sepele, tidak akan pernah berwujud sepele bagiku. Rupa ‘si
sepele’ itu akan selalu menjadi sangat istimewa untukku. Sekali lagi, mungkin
semua orang akan selalu menganggapku berlebihan. Tapi, sungguh…. Inilah yang
aku rasa.
Aku selalu
suka memperhatikan gerak-geriknya.Cara nya makan.Caranya berbicara.Caranya
bercanda.Caranya tersenyum.Bahkan sikapnya yang mungkin bisa membuatku
jengkel.Semua selalu aku hirup hingga merekat dinadiku.Suka-duka bersamanya selalu
mengalihkan segala perhatianku.
Bagiku,
moment-moment bersamanya seperti ini bagaikan suatu penggalan peristiwa yang
selalu aku kristalkan dalam berbagai suduk otaku… lekuk hatiku.Bagiku,
kebersamaan dengannya adalah suatu moment yang teramat-sangat berharga.Setiap
detiknya ingin aku cicipi, ingin aku dekap, keberadaannya disisiku adalah hal
yang selalu membuatku merasa nyaman.
Mungkin ini
adalah ‘rasa’ dari suatu hubungan jarak jauh.Selama beberapa bulan bersamanya,
aku sanggup menjalani Long Distance Relationship yang sungguh tidak mudah.Pada
awal kebersamaanku dengannya, tidak jarang aku menangis karena menginginkan
keberadaannya disisiku, setiap hari.Bukan setiap beberapa bulan sekali.Pada
awalnya, keinginan itu cukup membuatku merasa sedih.Namun pada kenyataannya,
aku dan dia sangat jarang berkomunikasi karena sikap cuek yang dimiliki
sikapnya yang seperti itu semakin membuatku jengkel dan kesal.
Selama
berpacaran dengannya, setiap hari aku jarang sekali mendapat sms atau kabar
darinya.Ya itu semua karena sikap cueknya itu yang selalu membuatku merasa
kesal ingin menjambak rambutnya.
Tapi, ya, di
duniaku penuh dengan dia. Lelaki yang tinggal beda kota dengan tempat tinggalku
dengan jarak yang terbentang ratusan kilometer… Tapi ajaibnya, aku selalu merasa
dekat dengannya.
“Nyalain
skype-nya,” rengekku ditelepon.Rasanya hatiku dihantam rindu yang teramat
sangat hingga membuatku ingin menangis.
“Bentar..setengah
jam lagi, ya, aku ngerjakan tugas dulu,” terang pacarku dari seberang telepon.
Begitu saja aku
memasang tampang cemberut, yang tampaknya sedang serius didepan laptopdikamarnya.
Disana di Jakarta. Sementara aku sedang duduk sendirian didepan laptop, didalam
kamar, di Semarang.
“Pengen
skype-an,” rengekku sekali lagi.
Padahal aku
tahu betul kalau pacarku itu sedang bergelut dengan tugas dilaptopnya.
“Sebentar,”
ia meminta pengertian dariku.
Aku anya
diam, tidak menjawab ucapan pacarku. Menggerutu lebih panjang tampaknya hanya
akan membua sudut sudut mataku bekerja keras untuk mengeluarkan bulir bulir
bening yang bersembunyi disana.
“Tuh kan,
lagi sindrom pramenstruasi, aku lagi yang kena semprot,” ujarnya mencoba
menetralkan bad mood-ku
Ya…
memang rasanya aku uring-uringan terus sepanjang hari ini. Karena teoriku, yang
namanya lelaki, haruslah siap menghadapi kondisi pacarnya yang tampak seperti
“bertanduk” bila sedang berhadapan dengan sindrom pramenstruasi, sindrom dysmenorrhea,
dan sebangsanya. Pada masa-masa itulah si perempuan mengalami fluktuasi mood,
dan biasanya lagi yang jadi bulan-bulanan paling empuk adalah pacar.
“Ini
malam minggu, orang-orang pada pacaran. Nonton, makan, terus…”
“Tapi
mungkin… enggak semua pasangan ngehabisin waktu berjam-jam, pagi, siang, sore,
malam, pagi lagi… buat ngobrol berdua.Walaupun lewat telepon.Bahkan, pas pacarnya
lagi tidur, teleponnya enggak direject sampai provider yang mutus sambungan.”
Skakmat.Rengekan
ku dibungkam begitu saja dengan statement pacarku barusan. “Ya… aku pengen
ketemu kamu malam ini.”.
Aku
terus memperhatikan monitor laptop yang menampilkan layar skype. Pacarku dengan
account Locky_God masih tampak offline.
“Aku
pengen ketemu…”
Selama
lima detik tidak terdengar suara dari seberang sana. Setelah itu tiba-tiba icon
account Skype milik pacarku pun menyala.
“iyah, ayo
kita ketemu..”
Detik
itu juga, senyumku terbit.
“Tugas
kamu?” tanyaku sentengah merasa bersalah.
“Nyalain
skype sambil aku ngerjakan tugas, enggak apa-apa kan?” Tanya pacarku yang
sekarang muncul dilayar laptop.
Aku
menganggukan kepala dengan senyum yang masih berkibar diwajah.Mimik yang pasti
tampil di skype di layar laptopnya.
“Iyah..kamu
kerjain tugas aja. Aku nemenin kamu.”
“iyah..”
jawabnya lalu tampak serius menghadapi layar laptop yang tidak terlihat olehku.
Pacarku itu me-minimize layar skype-nya kemudian kembali bergelut dengan
tab-tab tugasnya. Dengan begini aku merasa mood-ku jauh lebih baik.Lebih
hangat.Lebih nyaman.Seolah aku memang sedang menemaninya dari dekat, bukan dari
jauh.
Tuhan
maha baik. Dia yang paling mengerti sebesar apa cita dan cintaku untuk lelaki
yang hatinya telah kupilih itu. Lelaki itulah yang telah menggandeng hatiku
hingga kami bisa bertahan dengan hubungan yang mungkin bagi banyak orang
terdengar tidak rasional.
Suasana
malam dijalanan kampung yang tenang dan tak terlalu bising yang sama dengan
keadaan hatiku tenang dan nyaman bila bersama pacarku.
Malamini
pacarku berjanji akan mengajak ke suatu tempat yang sudah ia persiapkan dari
jauh hari. Aku jadi penasaram tempat apa sih?
“Nah,
sekarang kita sudah sampai.”
“Kenapa
kita kesini?Tempat ini kan mahal.”
Ia
menggandeng tanganku masuk. Kami duduk berdua di sebuah pondok yang telah
di-booking sebelumnya.Beberapa lilin dimeja menemani dengan sinarnya.
Selama
makan kami diam seribu bahasa, haya sesekali saling bertatapan dan tersenyum.Suasana
malam itu terasa tenteram sekali.Hingga waktu menunjukkan pukul 09.05 malam,
kami berniat menyudahi acara tersebut.
“Gimana
mala mini?”
Aku
hanya tersenyum. Habis bingung mau jawab apa, pertanyaannya saja ambigu.
Mungkin ia ingin menanyakan perasaanku, senang atau tidak.
“Ehmm…
Katanya, kamu nggak ada uang?Buat makan siang aja nggak ada sampai maag kamu
kumat terus.”
“Ya,
kalau untuk diri sendiri memang nggak pernah ada uang, tapi kalau untuk kamu
beda cerita.”
“Jangan-jangan
kamu maling uang orang yah?”
“Enggak
lah!Sudahlah nggak usah dibahas!”
Kami
terdiam.
“Bintangnya
bagus ya?” ucapnya seperti difilm-film.
“iyah,
bagus banget,” ucapku bohong.
Bintang
seperti itu kan setiap malam juga ada. Dasar korban televisi.Yah tidak apalah, hitung-hitung
mencairkan suasana agar lebih romantis.
“Eh,
sini dong aku bisikin.”
Ia
menarik tanganku. Akupun mendekatkan telinga.
“Aku
sayang kamu.”
“Aku
juga sayang kamu.”
Kami
mendadak tersipu malu layaknya sepasang kekasih yang baru jadian.Hehe.Kami
tertawa bersama melihat kejadian itu.
Mala
mini tak mungkin terlupakan.Indah sekali. Rasanya semenjak jarak menjauhkan
seperti ini, kami menjadi lebih saling menyayangi, saling menjaga, dan belajar
membangun kepercayaan satu sama lain.
Ah,
mungkin inilah indahnya LDR aku dan dia yang tidak bisa dirasakan pasangan
lain. Aku merasa bahagia sekali.Terima kasih Tuhan.
Aku
merasa bersyukur punya cowok baik seperti dia. Sayang, dia jauh.Rasa sayang
didada hanya bisa aku tunjukkan dengan mengirimkan sms kangen kepadanya.Bagi
pacarku itu sudah seperti suntikan semangat.Ini juga membuktikan kalau aku
memang cocok sebagai penerus Mario Teguh. Kalau ada yang tertarik, ketik saja
REG spasi SMSMOTIVASI! Kirim ke nomor orang tua kalian yah hehe.
Awal
hubungan kami adem ayem, hangat-hangat kuku saja sampai suatu aku menanyakan
hal ini padanya.
“Apa
makna hubungan ini bagimu?”
Dia
balas.
“Kenapa
kamu bertanya begitu?”
Akupun
menjawab.
“Aku
terus ditanyai temanku.Apa benar pacar kamu yang di Jakarta benar-benar sayang
kamu? Kalau iya… kenapa ia tidak datang menghampiri kamu?”
Lalu
dia pun membalas kembali.
“Tak
peduli apa kata temanmu. Yang terpenting apa perasaanmu kepadaku. Apa
perasaanmu untukku.?”
Akupun
tidak membalas smsnya.Beberapa hari kemudian aku mengsmsnya lagi.
“Apa
status kita sekarang?”
Dapat
balasan smsnya.
“Apa
statusmu ke aku?”
Aku
jawab.
“Kamu
pacar aku.”
Lalu
diapun membalas.
“Kamu
adalah kekasihku.”
Penuh
kelegaan, aku hembuskan nafas.Ternyata walau jarang pacaran layaknya orang umum,
aku masih punya kekasih.
Jingga
senja hari ini indah dan terasa hangat. Seakan langit
melukiskan tubuhnya dengan tinta keemasan yang tak pernah manusia tahu dari
mana asalnya.Ombak masih saja berlarian tak kenal lelah meninggalkan buih tepat
dihadapan kita.Sementara itu, aku masih bersandar dibahumu.Mencoba menikmati
detik saat kita berjalan beriringan dengan tak kalah hangat.Aku tersenyum
menatap wajahmu dari samping Sungguh, wajahmu masih dan terus saja memancarkan
keikhlasan itu.
Rupanya
pacarku tahu bahwa aku menatapnya.Ia belai rambutku sambil tersenyum, lalu
berkata.
“Tahukah
kamu? Aku tak akan membawamu terbang ke langit, menjanjikan istana ditengah
lautan, atau mempersembahkan bintang untukmu. Sungguh, aku tak mampu.Aku hanya
ingin mengajakmu terus mengerti bahwa kebahagiaan yang kuberikan adalah
sederhana mengerti detik kita yang selalu beriringan dalam asa.”
Aku
hanya bisa membalas ucapannya dengan senyuman.Sungguh, aku tak mampu melahirkan
kalimat dari Rahim kataku.Aku tahu, bahkan sangat mengerti, tak setiap detik
kita bisa berbicara secara langsung seperti saat ini.Butuh waktu untuk dapat
bertemu dan berada dalam satu tatapan yang nyata.Namun, kosakataku tercekat
oleh semua kejujuranmu. Kamu yang apa adanya.
Lalu
aku pun mencoba memberanikan diri menanyakan hal ini padanya.
“Kenapa
kamu mau menungguku selama beberapa tahun ini?Bukankah aku telah menyakiti
kamu?” kataku saat itu sambil menatap wajahnya.
Dia
selalu terlihat tenang, lelaki yang kukenal dengan penuh sifat cueknya, kini
mencoba serius untuk menjawab pertanyaanku.
“Aku
tak tahu apa itu hampa yang biasa orang-orang katakana.Tapi, ketika aku tak
tahu detik hidupmu, aku merasa ada bagian yang kosong disini,” ucapnya sambil
meletakan tangannya didada.
Aku
diam masih memandanginya.
“Lalu,
cukuplah bagiku untuk tahu, bahwa hampa adalah ketika kita tak beriringan.Maka,
tetaplah bersamaku,” Lanjutnya masih dengan pembawaan tenang.
Aku tak kuasa
menahan bulir-bulir yang memberontak ingin keluar kepermukaan.Aku balas
ucapannya dengan segala kerendahan yang kupunya.
“Tidakkah
kamu berpikir aku ini adalah cewek jahat, dan mempermainkan hatimu?Tidakkah
kamu berpikir, aku tak akan bisa membalas semua kasihmu?”
Dia belai
rambutku dengan hangat.
“Aku tak akan
mengatakan seberapa besar aku menyayangi kamu. Aku tak akan mengatakan seberapa
kuat aku menginginkan kamu. Dan, aku tak akan mengatakan bagaimana aku
menantikanmu di setiap detik. Tapi, percayalah aku sungguh menyayangi kamu
dengan segala ikhlasku.”
“Aku tak
peduli jika saat ini kamu mash memikirkan mantan kamu. Aku tahu, bahkan aku
sangat mengerti, bagaimana kamu menyayanginya dan tersakiti oleh kepergiannya
yang tiba-tiba.Aku tahu bagaimana rasanya mengetahui jati dirimu yang
sebenarnya.Tapi percayalah, aku tak peduli dengan semua itu. Aku akan terus
bersabar menunggu hatimu membiru karena aku, bukan mantanmu, atau yang lain,”
dia memberikan ku sebuah kecupan dikeningku.
“Tenanglah,
aku akan setia menunggu. Aku tak menginginkan bebek lain selain yang berada
dihadapanku ini.” Katanya sambil melayangkan satu cubitan di hidungku.
Lalu aku
memeluknya erat sambil menikmati detak jantung dan aroma tubuhnya yang hangat
itu lagi.
Lalu diapun
berkata serius lagi.
“Terima
kasih, mut.Aku beruntung memiliki kamu, Aku sangat berterima kasih kepada tuhan
karna telah mengijinkan aku bersama kamu lagi, menemani saat aku bukan
siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Percayalah semua yang kulakukan hanya untuk
masa depan. Dan, kau tahu? Aku ingin mengisi masa depan itu bersama kamu.”
Ucapnya sambil menggenggam tanganku erat.
Aku tak lagi
sanggup menahan bulir-bulir itu dan membiarkannya terjatuh.Akupun berucap.
“Percayalah,
bukan hartamu yang membuatku ingin terus membangun harapan dari rasa yang kamu
beri ini, melainkan keikhlasan mu yang tak pernah pudar.Percayalah, bukan
karena boneka-boneka yang kamu berikan aku ingin bertemu kamu, tapi karena
kata-kata yang kita bagi adalah dialog terbaik yang ingin kuudarakan.
Percayalah, bukan karena mas kawin yang kuminta(sementara aku sendiri tak tahu
akan kuapakan nanti) aku ingin menjalani hidup bersama kamu, tapi jauh lebih
karena kutemukan harapan dan kenyamanan itu dalam dirimu. Percayalah.”Kuucapkan
kalimat demi kalimat dengan perlahan.
Pada akhirnya
aku percaya, jarak bukanlah sesuatu yang menakutkan.Jarak justru membuatku
merasakan bagaimana arti merindu dan dirindukan.
0 komentar:
Posting Komentar