Tuhan Menciptakan Sifat Introvert dan Extrovert
Pernahkan kalian berpikir kenapa kalian memiliki sifat introvert atau ekstrovert. Atau cenderung menyesali. Orang-orang introvert di luar sana mungkin tidak akan lepas dari perasaan seperti ini. Mengapa mereka introvert? Mengapa mereka terlahir dengan sifat introvert. Namun jika saja kalian berhenti sejenak dan merenungkan Tuhan pun punya rencana mengapa Tuhan menciptakan introvert dan ekstrovert. Bayangkan jika dunia ini diisi oleh orang ekstrovert. Atau diisi oleh introvert saja.
Perikehidupan di dunia ini sekilas tampak cenderung extrovert. Namun pernahkah Anda bertanya mengapa Tuhan menciptakan dua sifat yang pada titik ekstem berada pada kutub yang sangat bertolak belakang. Extrovert pada dunia luar, dan introvert pada dunia dalam.
Pernahkan kalian berpikir kenapa kalian memiliki sifat introvert atau ekstrovert. Atau cenderung menyesali. Orang-orang introvert di luar sana mungkin tidak akan lepas dari perasaan seperti ini. Mengapa mereka introvert? Mengapa mereka terlahir dengan sifat introvert. Namun jika saja kalian berhenti sejenak dan merenungkan Tuhan pun punya rencana mengapa Tuhan menciptakan introvert dan ekstrovert. Bayangkan jika dunia ini diisi oleh orang ekstrovert. Atau diisi oleh introvert saja.
Perikehidupan di dunia ini sekilas tampak cenderung extrovert. Namun pernahkah Anda bertanya mengapa Tuhan menciptakan dua sifat yang pada titik ekstem berada pada kutub yang sangat bertolak belakang. Extrovert pada dunia luar, dan introvert pada dunia dalam.
Sadarkah Anda tentang diri sendiri
dimana Anda berada? Untuk penjelasan detail mengenai definisi dan karakteristik
sifat introvert maupun extrovert bisa dicari di Wikipedia. Baca itu! Jangan
dengar kata-kata orang yang mengkotak-kotakkan siapa extrovert siapa introvert.
Baca..! Baca..! Baca..! Gali kebenaran, jangan dengar kata-kata orang-orang
yang bicara dangkal berlandaskan “katanya”… dan “katanya”…. Belajarlah!
Extrovert tidak lebih baik dari
introvert. Introvert tidak juga lebih pintar dari extrovert. Keduanya memiliki
peranan dan fungsi yang berbeda di dunia ini. Keduanya dibutuhkan. Mari saya
ajak menggambarkan karakteristik kehidupan extrovertian dan intravertian di
kehidupan sehari-hari.
Para extravertian mendapatkan
“energi dan nafas jiwa kehidupannya” melalui bicara “percakapan eksternal”,
bertemu dengan orang, dan berada pada kelompok manusia. Mereka senang terlibat
dalam pembicaraan dan mengutarakan apa yang dipikirkannya secara langsung. Dari
sana dia mendapatkan kepuasan batin dan energinya bertambah, “recharged”. Namun
para extravertian memiliki kecenderungan natural tidak tahan dengan kondisinya
dalam keadaan kesendirian, jiwanya akan lebih lelah.
Sedangkan para intravertian
mendapatkan “energi dan nafas jiwa” melalui pendalaman internal, membaca buku,
berpikir (percakapan internal), mengolah sesuatu secara mandiri. Mereka senang
terlibat dalam kegiatan-kegiatan mandiri dan memiliki kecenderungan natural
untuk membatasi pertemuan dengan orang. Intravertian dapat merasa hidup ketika
mendapatkan cukup waktu untuk “recharge” dalam keadaan sendiri.
Namun demikian, extraversion tidak
berarti dia tidak mampu hidup dalam kesendirian, tapi agak kesulitan. Hanya
saja dia akan lebih tampak bugar jiwanya ketika berada bersama orang-orang.
Begitupun, intraversion tidak
berarti dia tidak mampu bersosialisasi, tapi agak kesulitan. Hanya saja dia kan
tampak lebih bugar jiwanya bila mempunyai cukup waktu dalam kesendirian.
Waktu yang dibutuhkan untuk
recharge, baik extravertian maupun intravertian sangat bervariasi antara antar
orang-perorangan. Bisa saja ada batas yang tipis diantara keduanya, sehingga
sulit dibedakan (maupun membedakan diri) apakah dia intravertian atau
extravertian. Dan memang ada beberapa orang yang berada di tengah dan
benar-benar tidak bersifat introvert maupun ekstrovert, beberapa sumber
menyebutnya sebagai ambivertian.
Balita yang terlihat extravert sudah
terlihat cepat berteman dengan balita lainnya ketika dalam suatu perkumpulan,
katakanlah dalam suatu arisan, pertemuan sosial, kunjungan-kunjungan, dsb.
Sedangkan balita intravert
memerlukan waktu adaptasi yang cukup untuk bisa bermain bersama dengan
teman-temannya yang baru dikenal.
Pada masa sekolah, anak-anak
extrovert cenderung sering “gabung-gabung” dengan beberapa teman lainnnya.
Namun cenderung jarang memiliki sahabat mendalam. Perilakunya di kelas
cenderung berkeliaran, duduk sana-sini.
Anak-anak introvert cenderung
memiliki sahabat tetap. Temannya tidak banyak namun memiliki sahabat dekat.
Perilakunya di kelas cenderung berada di tempat yang sering dia datangi maupun
dikenal.
Begitupun di dunia kerja, karyawan
extrovert cenderung senang berkumpul dengan rekan-rekannya dan berbicara
sana-sini, baik itu tentang pekerjaan maupun tentang bola, dsb. Biasanya mereka
tidak betah diam di kursinya (kursi panas). Berat baginya untuk duduk diam dan
membuat konsep-konsep kerja yang membutuhkan pendalaman konsentrasi selama
berjam-jam. Namun, kelebihannya dia mampu mendapatkan informasi dari pergaulan
sebagai pengganti dari kesulitannya menggali jawaban sendiri.
Sedangkan, karyawan introvert
cenderung fokus bekerja di tempatnya. Bahkan beberapa dari mereka terlalu fokus
sampai lupa makan siang misalnya. Mereka jarang sengaja berkumpul dan
berbincang-bincang dengan rekan-rekan. Baginya, berbincang-bincang ringan itu
hanya tidak berguna membuang waktu. Kalaupun berbincang, bisa dipastikan muatan
percakapan mereka tampak “terlalu” serius. Namun di balik itu, kelebihannya
mampu menggali dan mencari jawaban sendiri untuk menyelesaikan pekerjaannya
sebagai pengganti kesulitannya mencari informasi dalam pergaulan.
Beberapa contoh kehidupan
sehari-hari di atas mungkin bisa menjadi bahan renungan untuk saling memahami
dan berlaku adil terhadap orang-orang di sekitar kita.
Beberapa tahun dan dekade yang lalu, syarat menjadi seorang pemimpin selalu diidentikan dengan sifat extrovert. Namun demikian dunia psikologi modern sudah mulai mampu lebih mengenali keunggulan-keunggulan para introvert high achiever yang dapat menjadi pemimpin sesuai dengan sifatnya.
Ada satu penelitian dari Harvard
Business School yang menyatakan bahwa intravertian adalah pemimpin terbaik bagi
karyawan yang proaktif. Sebaliknya, extravertian adalah pemimpin terbaik bagi
karyawan yang pasif.
Ada benang merah yang dapat disimpulkan mengenai intraversion dan extraversion.
Pertama, keduanya memiliki peranan di dunia ini yang apabila
intravertian berada pada tempat yang tepat maka akan menghasilkan lebih
daripada extravertian. Begitu pula sebaliknya, extravertian dapat lebih
produktif daripada intravertian ketika berada di lingkungan yang tepat.
Keduanya membutuhkan ekosistem yang tepat, baik itu suasana keluarga, masa
kanak-kanak, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan wadah karirnya.
Kedua, secara umum masyarakat cenderung kurang adil terhadap para intravertian dan menuntut harus lebih extrovert jika mau bertahan di dunia yang serba extrovert ini. Para pemimpin keluarga, sekolah, dan lingkungan kerja harus memahami ini dan mencoba lebih adil untuk mengarahkan mereka sesuai dengan sifat bawaannya.
Ketiga, semua hal-hal seperti terurai di atas biasanya disadari oleh (khususnya) intravertian pada umur-umur menjelang 30-an. Agak terlambat memang untuk mengetahui dan menggali potensi diri sebagai seorang introvert. Masa kehidupan sebelumnya dia cenderung dituntut untuk lebih extrovert oleh lingkungannya. Padahal, jika intravertian lebih mengenal dirinya lebih dini maka dia akan mampu untuk mengendalikan hidupnya menuju arah yang sesuai dengan sifatnya. Tugas para pendidiklah yang harus mengenalkan ini kepada didikannya.
Keempat, dari ratusan bidang kerja di dunia ini ada bidang-bidang khusus yang memang akan jauh lebih produktif jika dikerjakan oleh extravertian atau oleh intravertian. Dan salah satu dari mereka adalah ahlinya.
Kelima, keduanya memiliki pendekatan dan metoda dalam memimpin ketika berada pada posisi sebagai pemimpin. Keduanya mampu menjadi pemimpin di tempat yang tepat, kondisi yang pas, dan ekosistem yang mendukung.
Terakhir, saya hanya berbagi cerita
dari seorang intravertian untuk intravertian yang belum menemukan dirinya:
Anda harus mulai mencari siapa diri Anda dan perkuat kelebihan khas Anda. Terima diri Anda sebagai intravertian dan jangan coba-coba mengganti diri Anda menjadi extravertian. Yang perlu Anda lakukan adalah belajar bagaimana untuk extrovert pada situasi tertentu (pada suatu dinamika tertentu), dan tetap introvert dalam hidup Anda. Tuhan menciptakan keduanya untuk tujuan yang berbeda, kejarlah itu! Anda berharga di dunia ini. Cara menunjukkan kelebihan Anda tidak perlu selalu dengan berbicara ngalor ngidul, itu tidak berguna! Small talk is bullshit! Buatlah karya yang akan mengobrak-abrik konsensus palsu bahwa introvert itu adalah pendiam, payah, dan tidak berguna.
Ingat, Tuhan menciptakan Anda dengan desain khusus untuk tujuan khusus. Bergeraklah di muka bumi sesuai desain terbaik-Nya untuk Anda dan temukan tujuan itu, dan jadikan diri Anda bahagia dengan apa yang Anda kerjakan.
Insya Allah
https://introvertplus.wordpress.com/2011/09/24/tuhan-menciptakan-sifat-introvert-dan-extrovert/
0 komentar:
Posting Komentar